Satchel senyum-senyum sendiri. Awalnya ia merasa tidak berguna di dunia ini dan bisa menjadi beban negara, tapi setelah mendapatkan kartu nama yang mungkin bisa mengubah takdirnya seumur hidup, ia tentu saja tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Siapa yang tidak mau digaji dengan uang yang sangat fantastis dan itu hanya menjadi pengasuh bayi keluarga kaya.
Keluarga kaya?
Jika melihat dari tampilan rumah dan juga pakaian dari para pria itu tak perlu lagi didebatkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa pekerjaan dari mereka sampai-sampai sanggup memberikan honor sebegitu besarnya.
“Ah, sudahlah, apa pun pekerjaan mereka yang pasti bisa menutupi semua pengeluaranku.” Satchel kembali menginjakkan kaki ke mal besar yang berada beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri tadi. Cukup membuat kakinya pegal sih, tapi tak apa, untuk hari ini ia bisa memanjakan mata dengan barang-barang yang ada di etalase toko.
Satchel memasuki toko baju yang sangat terkenal seantero dunia. Siapa yang tidak mengenal sebuah brand ternama iklannya sudah terpajang setiap hari di billboard? Orang yang tidak menyukai dunia fashion pun pasti sangat mengetahuinya.
Memasuki langkah demi langkah dan juga disambut oleh satu orang yang bertugas di sana membuat ia senang bukan main. Akhirnya, setelah beberapa bulan ia tidak menghirup aroma yang sangat menyenangkan ini, Satchel bisa kembali mendapatkannya. Bagai oase yang ada di gurun pasir, ia menyimpan aroma ini di paru-parunya.
“Baby, Momy kembali datang.” Satchel rindu bukan main, apalagi melihat semua pakaian yang sangat bagus itu tergantung dan juga memanjakan mata.
Tangannya mengelus kain-kain yang sangat halus ini dan membayangkan bahwa mereka semua bisa digunakan dan tunjukkan pada khalayak ramai.
“Kami memiliki gaun keluaran terbaru, Nona. Apa Anda mau melihat dan juga mencobanya?” tanya salah satu pramuniaga pria yang berlagak seperti perempuan. Satchel juga bahkan sampai ingin terbatuk karena menghirup minyak wangi yang sangat menyengat itu.
“Oke,” ucapnya dengan senang. Satchel tidak memedulikan semua pengunjung yang diam-diam melihat ke arahnya karena ia yakin bahwa mereka melihat sebagai wanita yang berkelas sekarang, ditambah dengan pakaian yang sangat glamor ini. “Apa kau menawarkan pada mereka juga?” Satchel berbisik pada pelayan pria itu.
Pelayan itu memberikan kuluman yang singkat dan ia berkata, “Tentu saja tidak, saya hanya menawarkan ini pada Anda seorang.”
Wanita mana yang tidak senang jika diberikan pelayanan yang khusus seperti ini? Tentu saja Satchel langsung mengikuti langkah penjaga toko itu untuk mencoba pakaian terbaru itu.
Benar saja dugaannya, pelayan itu langsung mengeluarkan gaun cantik berwarna merah menyala dengan bentuk renda yang pada bagian dada. “Aku rasa jika aku memakai ini akan membuat leherku menjadi sangat jenjang.” Satchel mengambil pakaian itu dan membawanya memasuki ruang ganti. Gaun yang sangat indah dengan warna gelap di bagian bawahnya, belum lagi dengan tubuhnya yang pasti akan sangat menonjol indah.
Apakah hanya dia seorang yang seperti ini? Mengambil beberapa foto di kamar salin saat memakai pakaian dan setelah itu mengunggahnya di sosial media? Setidaknya Satchel memiliki selera yang bagus, kan?
Setelah mengambil beberapa foto dan juga mengganti kembali pakaiannya, Satchel menghampiri pramuniaga tadi dan memberikan pakaian yang sangat indah itu pada dirinya. “Apakah kau bisa menahan gaun ini untukku terlebih dahulu? Semua kartuku rusak dan aku sedang mengurusnya.” Satchel mengangkat dagu.
Sungguh, ia sangat menyukai pakaian itu. Satchel tidak ingin membiarkannya jatuh ke tangan wanita lain.
Pandangan pramuniaga itu agak sedikit berubah mendengar perkataan Satchel yang sepertinya tidak sesuai ekspektasi. Ia kemudian berdeham dan berkata, “Maaf untuk permintaan seperti itu tidak bisa kita lakukan, Nona. Tapi saya akan bisa memberikanmu pilihan.”
Satchel dibawa pria itu untuk berdiri di meja kasir dan melihat daftar yang ada. “Kami memberikan cicilan untuk semua barang yang dijual di toko ini. Tapi Anda harus membayar uang muka sebanyak seperempat dari harga yang tertera. Bagaimana?”
Satchel meneguk ludah dengan keras. Seperempat?! Dan itu berarti 800 dolar?!
Satchel membelalakkan mata. Di rekeningnya bahkan tidak sampai seratus dolar dan itu ia gunakan untuk menyambung hidup selama beberapa minggu lagi.
Mendengar kalimat itu, Satchel mencoba untuk bersikap tak terkejut dan menjaga tubuhnya agar tetap stabil. “Aku tidak memiliki uang tunai. Apa kau tidak bisa mempertimbangkannya untukku?” Satchel mencoba merayunya. Meski ia tahu bahwa pria ini sepertinya tidak menyukai perempuan sepertinya. Ups!
Bukannya terkesan dengan cara menggoda Satchel, pria itu malah menunjukkan wajah yang muak dan juga menatapnya dari atas ke bawah berulang kali. Kali ini ia terang-terangan memindai Satchel.
Oh, sial! Aku seperti wanita yang tidak tahu malu sekarang hanya karena sebuah gaun satu buah.
“Maaf, Nona, apakah aku boleh memberikan saran?” tanya pria itu. “Mungkin Anda membutuhkan toko yang memiliki diskon di setiap itemnya dan itu terletak di lantai dasar. Apakah Anda perlu saya antar?”
Satchel tidak bisa berkata-kata lagi. Apalagi ada desas-desus yang ada di sekelilingnya membuat ia tak bisa membalas kalimat sarkasme pramuniaga di hadapan umum.
“Dia bertingkah seperti wanita yang memiliki uang banyak. Tapi ternyata itu hanyalah omong kosong saja.”
“Aku mengira baju yang melekat dalam di tubuhnya adalah barang yang asli tapi ternyata aku salah.”
“Dia memakai pakaian bekas sepertinya.”
“Apakah dia memiliki muka untuk menginjakkan kaki di toko yang bermerek seperti ini?”
Berbagai cemooh itu akhirnya keluar juga dan membuat hati Satchel sangat terbakar. Mereka mengatakan bahwa pakaian yang ia gunakan ini adalah pakaian bekas? Hei! Bahkan tas yang sedang ia pakai saja bisa membungkam mulut-mulut mereka!
Satchel mendengus dan menatap pria itu yang masih menampilkan wajah menyebalkan. “Asal kau tahu. Aku bisa membeli seluruh pakaian yang ada di dalam tokomu ini dan bisa membuatmu menjadi pengangguran dalam sekejap,” desis Satchel.
“Coba saja kalau bisa!” tantangnya dengan sikap kemayu.
Astaga, dasar pria jadi-jadian! Aku akan membuatmu malu nanti!
Satchel mengentakkan kaki dan melewati kerumunan yang ternyata sudah banyak karena tragedi dirinya. Mereka menjadikan wanita itu tontonan rupanya. Belum lagi ada beberapa wanita yang mengarahkan kameranya kepada satchel. Sebentar lagi ia akan menjadi artis dadakan!
“Tenang saja, aku akan membeli seluruh outlet yang ada di gedung ini! Kalian tidak tahu saja siapa aku!” teriak Satchel sambil keluar dari toko yang sangat menyebalkan itu. Dadanya bergemuruh merasakan kemarahan yang tidak biasa. Baru kali ini ia disindir oleh banyak orang.
“Kalian pikir kalian adalah orang kaya, huh?! Lihat saja, aku akan menjadi istri dari seorang miliarder!” Satchel menendang kotak sampah yang ada di depan toko.
Tapi ....
“Aw!” ringisnya saat merasakan sakit tak terhingga di jempol kaki. Apakah semua orang di mal ini sudah gila? Mereka membuat kotak sampah dari batu?!
“Anda tidak bisa lari lagi, Nona!” Sepertinya muka Satchel yang tadinya memerah berubah menjadi pucat seperti orang yang melihat hantu. Ah, ralat! Bukan hantu, melainkan gerombolan orang yang lebih menyerupai makhluk halus.
“Anda tidak bisa lari lagi, Nona!” Seruan itu membuat Satchel ingin sekali tenggelam di dasar bumi. Perawakan ketiga pria yang sudah ada di hadapan membuatnya sama sekali tidak bisa bernapas. Tubuh besar dan juga wajahnya yang menampilkan kesenangan karena telah menemukan Satchel saat ini. Mereka semua mengelilingi bagaikan permainan anak kecil khas melayu yang ingin menangkap satu anak di tengah. Satchel menatap ketiga pria itu dan memberikan kesan yang biasa saja. Setidaknya untuk di detik pertama ia harus bisa menjadi sosok yang sedikit arogan. “Ada apa kalian mencariku?” “Jangan bertingkah bodoh lagi, Nona. Mari ikut kami ke kantor dan lunasi hutang kartu kreditmu.” Pria yang memakai kacamata besar berwarna hitam itu berbicara sambil tangannya mencoba menggapai Satchel. Satchel tentu saja menolak. Ia sama sekali tidak mau disentuh apalagi tangan mereka yang sepertinya banyak sekali kuman dan dosa. Kenapa ia berbicara seperti itu? Karena mereka mungkin sebelum bertemu
Tebak apa yang ada di depan mata Satchel sekarang? Ya, kalian benar, ia sekarang berada di rumah mewah dengan pintu cokelat tinggi menjulang yang kemarin tertutup keras di depan hidung. Satchel kembali melihat penampilannya yang ternyata lebih sopan daripada kemarin. Ia memakai kemeja kebesaran yang ia masukkan bagian depan dan juga memakai celana jeans berwarna biru. Untuk bagian bawah, ia lebih memilih menggunakan flatshoes hitam. Satchel tidak mau membuat pria bermata kuning terang itu mengejek dirinya lagi sebagai penari striptease. Satchel menarik napas dengan teratur, mencoba untuk menghindari kegugupan yang sempat singgah di sini. Meski ia yakin bahwa setelah ini pekerjaan sebagai pengasuh bayi akan melekat untuk dirinya. Ya, ia menyukai dirinya yang sangat optimis. Sebelum Satchel melangkahkan kaki lagi untuk mendekati pintu, suara yang sangat dalam menginterupsi dari arah Barat. Pria sama yang seperti kemarin. Pria yang selalu menampilkan wajah datar. “Anda datang
Satchel masih membenarkan rambutnya yang kusut. Bukan karena badai topan yang baru saja menerjangnya, melainkan bayi ini yang terus menjambak rambut merahnya bahkan hampir membuat kulit kepalanya ikut tertarik. "Tanda tangani itu!" perintah Archie sambil memberikan dua lembar kertas yang berisikan kalimat-kalimat panjang. Satchel menaruh kantung es di meja dan membaca setiap bait kalimat di kontrak tersebut. Banyak sekali bulir poin yang sesekali membuat Satchel mengerutkan keningnya kemudian menyeringai, kadang kala wanita itu juga memberikan mimik wajah aneh. "Bagaimana aku bisa bekerja jika kau membatasi hubunganku dengan sang bayi?" Satchel menunjuk poin nomor dua. "Harus ada jarak di antara kalian. Beberapa kali pengasuh sebelumnya mencoba untuk mencium anakku dan aku sangat tidak suka." Archie menyemprotkan antiseptik ke tangannya. "Aku tidak bisa membayangkan banyak kuman yang bersarang di tubuh Aaron hanya karena bersentuhan dengan pengasuh yang begitu menjijikkan."1. Mema
Satchel tidak mau terlalu jauh untuk mendekatkan diri dengan Baby Aaron apalagi ayah dari bayi tersebut. Mengingat perlakuan tidak mengenakan dari pria besar tersebut membuat ia jengah setengah mati. Bahkan ia sempat berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu dan mendapatkan pekerjaan yang baru. Namun, jika ia melakukan itu, berarti dirinya harus siap membayar denda yang tertuang dalam kontrak. “Aku akan pergi ke sana, Merry.” Satchel memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Tunggu aku sekitar setengah jam lagi.”Satchel melihat ke kanan dan kiri, menunggu angkutan umum yang lewat, tapi tetap saja tidak ada. Sudah sepuluh menit ia menunggu, belum ada juga bus malam atau taksi yang tersedia. “Apa kau menunggu sesuatu, Nona?” Seorang pria dewasa yang menggunakan jas biru tua memperlihatkan wajahnya. Satchel hanya bisa mengernyit untuk memastikan sesuatu. “Tuan Ken?”“Kenapa kau baru pulang?” Ken bertanya tanpa keluar dari mobil hitamnya itu. “Tuan Archie baru pulang dan aku menun
“Aku ke sini bermaksud untuk melamar pekerjaan.” Tanpa tedeng aling-aling wanita berambut merah mengatakan hal tersebut pada seseorang yang menjulang jauh lebih tinggi di atasnya. Pria yang memiliki kesan terkejut dibalut dengan muka yang sinis. Awalnya wanita itu berpikir akan disambut oleh seorang pelayan atau sang penjaga di rumah besar ini, tapi ternyata salah. “Kau ingin melamar pekerjaan? Sebagai apa?” tanya pria itu dengan suara dalamnya. Tapi jujur saja wanita itu menyukai suara yang serak nan dalam. “Melamar ... aku akan melamar sebagai pengasuh bayi.” Wanita itu menyerahkan koran yang dibawanya dan juga map yang berisi surat lamaran pekerjaan. Ia sedikit berdeham untuk mengontrol napas yang terasa pendek karena diperhatikan pria itu sedemikian intens. Mata sang pria yang memindai dari atas ke bawah secara berulang kali itu membuat kakinya seperti agar-agar yang baru saja ditaruh ke dalam piring besar. Tak ada ekspresi apa-apa yang ditampilkan pria yang sialnya be
Tubuh Satchel hampir saja terhuyung ke belakang saat pintu tinggi itu sudah tertutup dengan sempurna. Apalagi suara bantingan yang menggelegar membuat telinganya sedikit agak berdengung. Benar-benar memang orang kaya ini. Dia tidak memiliki etika padahal dengan jelas-jelas Satchel masih berada di depan pintu. Ia mendengus kesal. “Lihat saja! Jangan panggil aku Satchel jika tidak bisa menembus kokohnya dinding rumah yang besar ini.” Kruyuk!! Uh, benar-benar hari yang sangat membuatnya ingin sekali memakan daging manusia. Bagaimana bisa di tengah ia yang sedang marah, perut ini tidak bisa diajak kerja sama. “Ayolah, cacing, apa kau tidak bisa memberikanku waktu sejenak untuk mencari uang? Kau tidak lihat bagaimana tadi pria besar itu menutup pintu dengan sangat kencang? Andaikan aku rayap, aku bisa dengan mudah menggigiti pintu besar ini!” Satchel menatap ke sekeliling halaman yang luas ini. Sebenarnya agak aneh karena di rumah ini kenapa tidak ada penjaga atau pela
Satchel tidak mau terlalu jauh untuk mendekatkan diri dengan Baby Aaron apalagi ayah dari bayi tersebut. Mengingat perlakuan tidak mengenakan dari pria besar tersebut membuat ia jengah setengah mati. Bahkan ia sempat berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu dan mendapatkan pekerjaan yang baru. Namun, jika ia melakukan itu, berarti dirinya harus siap membayar denda yang tertuang dalam kontrak. “Aku akan pergi ke sana, Merry.” Satchel memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Tunggu aku sekitar setengah jam lagi.”Satchel melihat ke kanan dan kiri, menunggu angkutan umum yang lewat, tapi tetap saja tidak ada. Sudah sepuluh menit ia menunggu, belum ada juga bus malam atau taksi yang tersedia. “Apa kau menunggu sesuatu, Nona?” Seorang pria dewasa yang menggunakan jas biru tua memperlihatkan wajahnya. Satchel hanya bisa mengernyit untuk memastikan sesuatu. “Tuan Ken?”“Kenapa kau baru pulang?” Ken bertanya tanpa keluar dari mobil hitamnya itu. “Tuan Archie baru pulang dan aku menun
Satchel masih membenarkan rambutnya yang kusut. Bukan karena badai topan yang baru saja menerjangnya, melainkan bayi ini yang terus menjambak rambut merahnya bahkan hampir membuat kulit kepalanya ikut tertarik. "Tanda tangani itu!" perintah Archie sambil memberikan dua lembar kertas yang berisikan kalimat-kalimat panjang. Satchel menaruh kantung es di meja dan membaca setiap bait kalimat di kontrak tersebut. Banyak sekali bulir poin yang sesekali membuat Satchel mengerutkan keningnya kemudian menyeringai, kadang kala wanita itu juga memberikan mimik wajah aneh. "Bagaimana aku bisa bekerja jika kau membatasi hubunganku dengan sang bayi?" Satchel menunjuk poin nomor dua. "Harus ada jarak di antara kalian. Beberapa kali pengasuh sebelumnya mencoba untuk mencium anakku dan aku sangat tidak suka." Archie menyemprotkan antiseptik ke tangannya. "Aku tidak bisa membayangkan banyak kuman yang bersarang di tubuh Aaron hanya karena bersentuhan dengan pengasuh yang begitu menjijikkan."1. Mema
Tebak apa yang ada di depan mata Satchel sekarang? Ya, kalian benar, ia sekarang berada di rumah mewah dengan pintu cokelat tinggi menjulang yang kemarin tertutup keras di depan hidung. Satchel kembali melihat penampilannya yang ternyata lebih sopan daripada kemarin. Ia memakai kemeja kebesaran yang ia masukkan bagian depan dan juga memakai celana jeans berwarna biru. Untuk bagian bawah, ia lebih memilih menggunakan flatshoes hitam. Satchel tidak mau membuat pria bermata kuning terang itu mengejek dirinya lagi sebagai penari striptease. Satchel menarik napas dengan teratur, mencoba untuk menghindari kegugupan yang sempat singgah di sini. Meski ia yakin bahwa setelah ini pekerjaan sebagai pengasuh bayi akan melekat untuk dirinya. Ya, ia menyukai dirinya yang sangat optimis. Sebelum Satchel melangkahkan kaki lagi untuk mendekati pintu, suara yang sangat dalam menginterupsi dari arah Barat. Pria sama yang seperti kemarin. Pria yang selalu menampilkan wajah datar. “Anda datang
“Anda tidak bisa lari lagi, Nona!” Seruan itu membuat Satchel ingin sekali tenggelam di dasar bumi. Perawakan ketiga pria yang sudah ada di hadapan membuatnya sama sekali tidak bisa bernapas. Tubuh besar dan juga wajahnya yang menampilkan kesenangan karena telah menemukan Satchel saat ini. Mereka semua mengelilingi bagaikan permainan anak kecil khas melayu yang ingin menangkap satu anak di tengah. Satchel menatap ketiga pria itu dan memberikan kesan yang biasa saja. Setidaknya untuk di detik pertama ia harus bisa menjadi sosok yang sedikit arogan. “Ada apa kalian mencariku?” “Jangan bertingkah bodoh lagi, Nona. Mari ikut kami ke kantor dan lunasi hutang kartu kreditmu.” Pria yang memakai kacamata besar berwarna hitam itu berbicara sambil tangannya mencoba menggapai Satchel. Satchel tentu saja menolak. Ia sama sekali tidak mau disentuh apalagi tangan mereka yang sepertinya banyak sekali kuman dan dosa. Kenapa ia berbicara seperti itu? Karena mereka mungkin sebelum bertemu
Satchel senyum-senyum sendiri. Awalnya ia merasa tidak berguna di dunia ini dan bisa menjadi beban negara, tapi setelah mendapatkan kartu nama yang mungkin bisa mengubah takdirnya seumur hidup, ia tentu saja tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Siapa yang tidak mau digaji dengan uang yang sangat fantastis dan itu hanya menjadi pengasuh bayi keluarga kaya. Keluarga kaya? Jika melihat dari tampilan rumah dan juga pakaian dari para pria itu tak perlu lagi didebatkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa pekerjaan dari mereka sampai-sampai sanggup memberikan honor sebegitu besarnya. “Ah, sudahlah, apa pun pekerjaan mereka yang pasti bisa menutupi semua pengeluaranku.” Satchel kembali menginjakkan kaki ke mal besar yang berada beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri tadi. Cukup membuat kakinya pegal sih, tapi tak apa, untuk hari ini ia bisa memanjakan mata dengan barang-barang yang ada di etalase toko. Satchel memasuki toko baju yang sangat terkenal seantero dunia. Sia
Tubuh Satchel hampir saja terhuyung ke belakang saat pintu tinggi itu sudah tertutup dengan sempurna. Apalagi suara bantingan yang menggelegar membuat telinganya sedikit agak berdengung. Benar-benar memang orang kaya ini. Dia tidak memiliki etika padahal dengan jelas-jelas Satchel masih berada di depan pintu. Ia mendengus kesal. “Lihat saja! Jangan panggil aku Satchel jika tidak bisa menembus kokohnya dinding rumah yang besar ini.” Kruyuk!! Uh, benar-benar hari yang sangat membuatnya ingin sekali memakan daging manusia. Bagaimana bisa di tengah ia yang sedang marah, perut ini tidak bisa diajak kerja sama. “Ayolah, cacing, apa kau tidak bisa memberikanku waktu sejenak untuk mencari uang? Kau tidak lihat bagaimana tadi pria besar itu menutup pintu dengan sangat kencang? Andaikan aku rayap, aku bisa dengan mudah menggigiti pintu besar ini!” Satchel menatap ke sekeliling halaman yang luas ini. Sebenarnya agak aneh karena di rumah ini kenapa tidak ada penjaga atau pela
“Aku ke sini bermaksud untuk melamar pekerjaan.” Tanpa tedeng aling-aling wanita berambut merah mengatakan hal tersebut pada seseorang yang menjulang jauh lebih tinggi di atasnya. Pria yang memiliki kesan terkejut dibalut dengan muka yang sinis. Awalnya wanita itu berpikir akan disambut oleh seorang pelayan atau sang penjaga di rumah besar ini, tapi ternyata salah. “Kau ingin melamar pekerjaan? Sebagai apa?” tanya pria itu dengan suara dalamnya. Tapi jujur saja wanita itu menyukai suara yang serak nan dalam. “Melamar ... aku akan melamar sebagai pengasuh bayi.” Wanita itu menyerahkan koran yang dibawanya dan juga map yang berisi surat lamaran pekerjaan. Ia sedikit berdeham untuk mengontrol napas yang terasa pendek karena diperhatikan pria itu sedemikian intens. Mata sang pria yang memindai dari atas ke bawah secara berulang kali itu membuat kakinya seperti agar-agar yang baru saja ditaruh ke dalam piring besar. Tak ada ekspresi apa-apa yang ditampilkan pria yang sialnya be